Wednesday, August 27, 2008

antara kotamu-kotaku

sajak ini kekasih, menyentak-nyentak hati. beriak tak berbunyi. tapi menikam dalam, jiwaku!

kubiarkan berdiam dalam perjalanan, mengeja jarak kotamu-kotaku. kuyakin waktu kan meredam derunya

seperti biasa, kau datang dan pergi

serupa mimpi

melambungkan rasa

melimbungkan logika. pun bahagia-kecewa, bergantian

kunikmati saja

meski rindu hanya berpagut lewat pandang

aku masih saja tak belajar membiar renjana pergi

seperti rindudendam

mungkin takkan berakhir sampai mati

sebab cinta mati ketika rindu pergi

laksana kutukan

kuterima sakit-nikmat mencinta serupa ini

Cipanas-Medan 24-27 Agustus 2008

Sunday, August 3, 2008

Catatan rimba (3)-akhir

Hikmah gagal

Ini sih bagian jalan yg bagus :D bayangkan yg jelek.

Bahwa manusia berencana, Tuhan menentukan, benar adanya. Inilah yang terjadi pada perjalanan terakhir ke sekolah terpencil, mission’s failed.

Seperti 6 sekolah yang sudah dikunjungi, aku dan tim merasa bersemangat untuk menyelesaikan ‘misi’ kali ini. Alhamdulillah tak ada halangan yang berarti sebelum ini, selain jalan jelek yang mesti dilewati hati-hati. Syukurlah kami dapat sopir, bos yang nyambi jadi sopir berpengalaman dan keren banget nyetirnya. Walaupun hanya memakai Mobil Panther, Pak Tarigan, berhasil membawa kami melewati bagian-bagian sulit yang bikin jantung deg-degan. Beliau ini sebenarnya ‘toke’ juga di daerah Tangkahan, namun beliau rendah hati dan sering membantu program kami di sana.

Untuk ke sekolah terakhir ini, kami harus memakai mobil yang bergardan dua agar bisa menempuh medan yang paling berat. Ada informasi, jalanan sangat sulit dilewati bahkan truk Fuso-pun jeblok.

Dimulailah misi kami hari itu, jam 07.30 pagi sudah siap seperti biasa. Ujian pertama dimulai: ban bocor, orang yang diminta memperbaiki baru datang setelah 1.5 jam kemudian. Kami harus menghemat waktu karena tempatnya jauh. Bergegas kami berangkat, mengganti mobil dengan mobil bergardan dua, dan–aduuuh maaak–ujian kedua: belum berjalan 500 m, mobilnya rusak, dan perlu diperbaiki 1 jam. Dengan perhitungan waktu kami masih mungkin bertemu anak-anak dan guru, kami meneruskan perjalanan lagi. Sayang ujian ke tiga menyusul, mobilnya benar-benar rusak berat saat mendaki tanjakan tinggi, baru sepertiga jalan–nggak sanggup meneruskan lagi dan juga nggak bisa mundur untuk kembali, terjebak di tengah-tengah rimba sawit. Setelah dihitung-hitung waktunya kalau kami kembali berjalan kaki dan meneruskan dengan menyewa sepeda motor, tak cukup waktu juga. Sesampai di sana pasti sekolah sudah bubar.

Akhirnya kami memutuskan untuk kembali saja ke camp berjalan kaki, sopir mobil sewaan akan meminjam sepeda motor di desa terdekat lalu memanggil kembali Pak Tarigan untuk menjemput kami. Dimulailah olah raga siang, kami berjalan kaki untuk kembali ke camp. Syukur nggak terik-terik amat sebagian besar di bawah sawit-sawit tinggi, berjalan sekitar 3 jam-an, mungkin 4-5 km barulah bertemu mobil Pak T. Dan akhirnya ujian ke-4 datang juga hehe…mobil Pak T patah joint-nya! (sori aku nggak mengerti mobil) pokoknya joint yang menyangga ban itu loh :D. Udah deh, gak bisa terus. Dan alhamdulillah Tuhan yang Maha Baik itu memberi kami truk, jadilah naik truk pulang. Kalau jalan kaki lumayan juga sih, kalau jalannya sih aku enjoy, tapi teriknya itu loh, bisa bikin kering kaya ikan asin!

Mesem-mesem kami tiba di camp, mengulang rencana untuk hari berikutnya, menunda rencana rekanku Lian dan Mark untuk bertemu saudara tua alias orangutan di Bukit Lawang.

*****

Kami akan meneruskan misi yang gagal keesokan harinya. Kalau tidak hujan, rencananya naik sepeda motor. Namun kami hanya punya upaya, malamnya hujan lebat, dan kata teman-teman yang sudah pernah ke sana, kalau hujan lebat motor tak mungkin lewat, apalagi harus menyeberangi sungai yang banjir.

Ujian pertama hari kedua: teman-teman yang janji mau membawa sepeda motor, datang terlambat, katanya karena sudah menyewa mobil, jadi mereka santai aja datangnya (kami yg di camp gak tahu) *bingung*. Rupanya ada teman sudah menyewa mobil bergardan pengganti. Kemudian mobilnya perlu dicari dulu sebab belum datang-datang juga! Ternyata eh ternyata, si Bapak yang empunya mobil pergi ke ladang dulu mengambil duren! Masya Allah, apa ya arti sebuah janji???

Kemudian jadi juga kami dengan semangat baru menyelesaikan misi, sambil makan manggis yang dibawa Pak sopirnya. Belum lagi berjalan 5 kilometer, “dor!” meletuslah ban jip itu, dan kami terhenyak…Temanku langsung bilang…”Saya takut meneruskan perjalanan, sepertinya ini pertanda kita nggak boleh terus… kalau memaksa saya takut terjadi sesuatu yang buruk” padahal doi ini sudah karatan berpengalaman dalam adventure. Akupun merasakan hal yang sama, Juga dua rekan dari Australia, ternyata mereka juga punya pikiran yang sama, bahkan katanya semalam mereka berfirasat bahwa kita nggak bisa ke Glugur.

Setelah diskusi bersama, akhirnya kami membatalkan misi kali ini, walau kasihan membayangkan murid-murid dan guru di sana sudah menunggu. Mau menelpon tidak ada sinyal, hubungan sangat sulit di daerah terpencil. Kami kembali berjalan kaki ke camp, kunjungan akan ditunda bulan Agustus saja (saat nulis ini rekanku mau ke sana lagi).

Masih ngos-ngosan, sesampai di camp aku langsung diminta Mas Katiyo naik Theo hehe.. Katanya, belajar jadi mahout. Tentu saja aku mau, walau sering ke camp aku belum pernah belajar menghandle gajah. Soalnya aku punya kegiatan terus, sedangkan untuk bisa jadi mahout harus terus menerus latihan dan tinggal di camp beberapa bulan.

Waktu udah naik Theo baru nyadar, eh eh rupanya ada Tim Jelajah Trans TV lagi bikin film. Bah adegan tadi masuk gak yah? Malu juga sih soalnya aku sempat ganti jilbab dengan bandana kecil saja karena kepanasan abis jalan. *Halah palingan ntar juga jempolnya doang yang nongol :D, membatin* Memang sering juga sih orang-orang dari TV bikin film tim-ku. Apalagi TV asing udah sering. Tapi bukan aku loh, soale kalau aku yang main susah dibedakan yang mana orang yang mana gajah :D

Aku pikir-pikir hikmah dari kegagalan ini, aku belum tahu pasti, yang aku rasakan bahwa kemampuan manusia hanya sebatas upaya dan doa, lainnya kuasa Allah, serahkanlah padaNya, dan belajar menjalani semuanya dengan fun saja! Tawakal tentu saja.

Alhamdulillah, hari ini waktu nulis, ada hikmah lagi: kami dapat Ford ranger yang-keren-aku-langsung naksir-waktu-liat– buat ke lapangan–dari Ford tentunya yang diupayakan rekan dari Australia Zoo khususnya tim Wildlife Warriors yang keren itu :) *thanks Giles yang cakep* . Jadi inget Steve Irwin hiks..hiks…

RuangBiru, 4 August 2008


About Me

My photo
Welcome to my Blog.... Mom, kids lover, nature lover, Islam and peace lover, like to read, write, travel. Darussalam, Banda Aceh. Indonesia.