Sunday, February 1, 2009

Senyum kemarin

Senyum kemarin

ke-camp

Mama iseng & ekor

“Melihat-lihat gambar gajah yang difoto dari belakang, Naysa (Cica) bilang:

“Ma, gajah nggak punya pantat ya, tapi ekor. Kalo Cica gak punya ekor, mama juga kan?”

“Pantat gajah ada Ca, ini, ” sambil nunjuk gambar gajahnya, “ekor juga.”

“Mama gak punya ekor Ca, tapi Bang Uqan ada tuh.”

“Bang Uqaaaan! liat dong ekornya?” Naysa pergi untuk melihat dimana ekor Bang Uqan.

“Halah Mama, ngajarin anak yang bener ya!,” dipelototin Papa.

Aku emang suka banget ngisengin anak-anak, biasanyanya sih untuk merangsang pikirannya, lalu setelah itu baru kuberitahu apa yang aku maksud :D

Kusikat kau

Anakku Uqan hobi banget nyanyi, tapi kadang-kadang liriknya rada aneh dan lucu. Salah satunya kemarin:

“…Kau hancurkan aku dengan sikat…muuuu….

…Cinta ini membunuhku…” Bang Uqan dengan suaranya yang serak, seksi sih menurutku :) )

“Yaa ampyuun Bang Uqaaaan, bikin marah D. Massive aja nih anak, hehe…sikap Qan, bukan sikat, sikat gigi kaleee,” kataku.

“Sikap itu apa artinya Ma?” mulai deh kotbah Mama.

*Salah siapa ya anak-anak jadi suka nyanyiin lagu orang dewasa?* Yang pasti untuk Uqan, salah Mama-Papanya lah ya..

Anjing biru

Mendengar salak anjing di gang sebelah:

“Suara apa tuh Ca?” tanyaku.

“Anjing Ma, guk guk, guk,” Nay menirukan suaranya.

“Cica pernah ketemu anjing itu gak?”

“Pernah Ma, waktu kemarin jalan-jalan naik sepeda sama Papa.”

“O ya? anjingnya cantik? berapa ekor? suaranya gede tuh!”

“Cantik Ma, warnanya biru, dua Ma!”

“Biru?” kaya langit itu?” Mama sambil nunjuk langit sore yang kebetulan biru cerah.

“Iya, Ma, anjingnya senyum sama Cica, kaya gini,” Cica senyum tanpa kelihatan giginya. Lucu banget.

Lalu dia melanjutkan cerita dengan lebih heboh, menuangkan khayalan bocahnya, anjingnya bahkan bisa menari segala.

Belajar dari anak pertama dan kedua, kudasari bahwa mendidik anak tak butuh waktu khusus, sejalan saja dengan aktivitas yang kita lakukan, kalau bisa libatkan dia dalam kegiatan kita (yang memungkinkan loh, bukan kegiatan “private” dengan ayahnya hehe), itulah waktunya belajar. Apalagi bagi orangtua yang sangat sibuk, kek Mama Cica yang sok aktipis itu harus pandai memanfaatkan waktu bersama.

Anakku Ufi dulu bahkan nggak sadar waktu kuajari membaca, usia 3 tahun sudah lancar, tapi gak dipaksa sih, sambil main-main saja. Berhitungpun begitu, kadang kalau lagi masak dia mau ikutan bantu, aku suruh menghitung buah, sayur, dsb. Tapi waktu itu aku berhenti kerja, jadi full time mother…hiks..hiks…sekarang aku Ibu yang payah, sering kerja diluar rumah.

No comments:

About Me

My photo
Welcome to my Blog.... Mom, kids lover, nature lover, Islam and peace lover, like to read, write, travel. Darussalam, Banda Aceh. Indonesia.