Monday, January 5, 2009

Tentang pengembara

Tentang pengembara

Buat seorang sahabat, tak kutulis namamu, takut tak berkenan :)

dia

fajar dan surya

cahaya

indah menggairah sunyi

harapan

memulai hari

penghangat embun

simfoni pagi

memukau

juga menyilau!

pada senja dia menjelma bianglala

kadang menitis pada putih camar yang kembara

ombak yang meghentak riak hati

gelisah

dia

cinta

kadang siksa

indah mengkristal

kadang ingin kutinggal

dia

rasa.

memabuk

juga menyejuk

dia melambungmu

juga melimbung!

kadang kurasakan dia melebur bergejolak di nadiku begitu dekat,

kadang pergi begitu jauh meninggalkan sunyi, gigil dan harap yang patah

meresah.

aku tak pernah sampai pada satu akhir tentangnya. kukira soalnya sederhana, hanya sapa, sedikit berita dari pengembara, meski satu kata. daripada diam tak kumengerti.

yang kutahu aku tentram bila kembali ke perjumpaan pertama

sederhana, namun indah. Merasakan saja, tanpa prasangka

dia ada, kelana, memang bukan untukku saja

banyak yang menunggunya

kau tahu

kini aku mengerti, bukan tentang dia yang meresah

namun tentang aku

derita

bahagia

adalah pilihan

cinta tak pernah memaksa

datang & pergi

yang sejati tertinggal tanpa perlu meminta

karenanya kupilih rumah cinta

dimana aku melebur

dan akan menerima dia

kalau dia menginginkannya

***

Sejak kamu minta aku menulis puisi tentang dia, teman, ku pakai saja istilahmu–Sang Pengembara—bukan namanya yang biasa, gambaran itu menari-nari di kepalaku, hingga akhirnya kutuliskan kini, meski semula kutolak menulisnya, sebab seperti kukatakan sejujurnya, kadang aku tidak mengenalnya. Entah puisikah ini atau bukan, yang jelas inilah yang kurasa tentang dia.

Ya terkadang, kurasakan dia hilang dan menyatu dengan semesta. Seperti yang kau katakan; “Banyak jiwa yang harus disentuh dan disapa sang pengembara,” Ah, aku harus menerimanya (kebenaran) walau kadang hati menderu, dia menyapa siapa saja, dan meninggalkan cinta, kadang kufikirkan, apakah dia juga meninggalkan luka pada pencinta, harap yang patah, pada senyumnya?

Kukatakan kadang aku tak mengertinya, teman, sebab aku orang biasa, mungkin mereka yang hebat sepertimu saja yang mampu. Maaf ini bukan sebuah sindiran, tapi apa adanya yang kurasakan. Lalu katamu; justru mereka yang bukan siapa-siapa yang mengenal dia. Semoga.

Terimakasih untuk kata-kata yang bijak, menentramkan. Akan kujaga jiwa dalam rumah cinta sebab disanalah bersemayam cahaya, seperti katamu. Berjuang untuk ridha & cinta, kesejatian yang hanya milikNya. Semoga bahagia dalam perjalanan kamu menikmati CintaNYA.

RumahCinta, 27 Desember 2008

No comments:

About Me

My photo
Welcome to my Blog.... Mom, kids lover, nature lover, Islam and peace lover, like to read, write, travel. Darussalam, Banda Aceh. Indonesia.